Berawal dari Mbah Somo Kadut, ayah dari keluarga Mbah Kerto Sedono dan beberapa keluarga lain, Keluarga tersebut tinggal di wilayah Galoh dekat punden Kendil Marico, kelompok rumah tangga tersebut tinggal di wilayah utara tepi sungai madiun. Mbah Bridis, Mbah Kerto Mbaluk, Mbah Iro Dikromo, dan beberapa keluarga lain, kelompok rumah tanga tersebut tinggal di dekat punden Tunggul Nogo, wilayah timur tepi sungai Madiun.
Mbah Darmo, Mbah Kartorejo Kasimin Putra dari Mbah Iro dikromo dan beberapa keluarga lain, kelompok rumah tangga tersebut tinggal di sekitar sendang Bangunrejo wilayah barat ditepi kali Laban. Mbah Colowuk, mbah Ikun dan beberapa keluarga lain, kelompok rumah tangga tersebut tinggal di sekitar sendang Bandung, wilayah timur tepi sungai madiun.
Dengan perkembangan dari ketujuh keluarga besar tersebut akhirnya punya keinginan untuk membuat sebuah desa, pada saat itu yang terpilih menjadi lurah adalah mbah Gembong , saudara mbah Sosedono dan Cariknya bernama Sosedono adik dari mbah Gembong , Lurah mbah Gembong mempunyai tiga wilayah dusun yaitu dusun Galoh mbah Sorejo ,dusun Tunggul Mbah Ikun yang berdomisili di Bandung, dusun Bangoan mbah Kartorejo Kasimin anak dari mbah Irodikromo. lurah mbah Gembong menjabat sampai tahun 1932 dan saat itu berdomisili diwilayah Galoh.
Beberapa tahun kemudian dengan terbentuknya wilayah kelurahan Galoh, maka Keluarga Mbah Kung dan beberapa keluarga lain yang tinggal di wilayah Kranggan, mbah Mo dan beberapa keluarga lain yang tinggal di Pencol , mbah Lono dan beberapa keluarga lain yang tinggal diwilayah selatan paling Timur tepi Sungai Madiun, dari beberapa keluarga tersebut akhirnya berniat untuk membuat sebuah desa, dan pada saat itu yang terpilih menjadi lurah adalah mbah Kung dan istrinya (Mbah Ibu) dan Cariknya mbah Karso Dikromo anak mantu dari mbah Kung, suami dari anaknya yang bernama mbah Tarminah, Lurah mbah Kung menjabat sampai tahun 1932 dan saat itu berdomosili diwilayah Kranggan.
Mbah Kung adalah orang pelarian perang penjajahan Belanda dari Jogja, bersama temannya yang bernama mbah Palgunadi dan istrinya, namun mbah Palgunadi meninggalkan desa ini untuk kembali berangkat perang dan menitipkan istrinya di keluarga mbah Mo ayah dari mbah Midah yang lokasinya di wilayah pencol dekat Kuburan , wilayah paling Timur tepi Sungai Madiun. Setelah puluhan tahun lamanya beliau kembali menengok Istrinya dan kondisinya masih hidup dan sehat, karena senangnya mbah Palgunadi berpendapat kalau istrinya telah direkso (di jaga) sehingga selamat dan masih hidup, atas kemauan masyarakat untuk menjaganya, akhirnya beliau memberi nama wilayah kranggan menjadi kerso (kemauan), karena desa Kerso pada waktu itu kondisi perekonomian masyarakatnya sangat sulit maka mbah Palgunadi ingin menambah nama harjo (kesejahteraan) menjadi Kersoharjo yang maknanya kurang lebih Kemauan untuk Kesejahteraan.
Nama Kersoharjo tersebut disampaikan oleh mbah Palgunadi kepada lurah terpilih dari tahun 1932 yaitu mbah Podikromo Kasimun anak dari mbah Iro Dikromo , sistim pilihannya dengan cara tek-tek glatek (pemilih berbaris di belakang calon lurah) dengan jumlah penduduk 228 jiwa. Lurah mbah Podikromo Kasimun bertekat dan bertanggung jawab menyatukan masyarakatnya dari penggabungan dua wilayah yaitu masyarakat dari lurah mbah gembong yang wilayahnya galoh, bangoan dan tunggul , serta masyarakat dari lurah mbah Kung yang wilayahnya Kranggan Lor (Utara) dan Kidul (Selatan), dan atas permintaan mbah Palgunadi Kranggan dirubah menjadi Kerso dan di pisah menjadi dua wilayah kamituwan yaitu Kerso Lor dan Kerso Kidul, setelah beberapa tahun menjabat lurah desa yang dipimpinya adalah Desa Kersoharjo. mbah Palgunadi meninggal di Kerso lor dan dimakamkan di makam Pencol .
Dalam perjalanan saat menjabat sebagai Lurah Kersoharjo mbah Podikromo Kasimun yang dibantu Cariknya yang bernama Muh Muslim Kusni, Mulai tahun 1945 sampai 1960 Lurah Mbah Podikromo Kasimun mengambil kebijakan untuk membagi tanah- tanah yang menjadi wilayahnya agar menjadi hak milik warga masyarakatnya dan dicatat di buku C desa, namun dalam prosesnya masih banyak perubahan, Bagi masyarakat yang sudah mempunyai tanah darat akan mendapat bagian tanah sawah dengan syarat mau melaksanakan kerja bakti yang diperintahkan oleh kepala desa atas perintah Onder (Camat) dan Bupati (Kanjeng). Kemudian tanah-tanah tersebut ditetapkan oleh pemerintah Pada tahun 1960 dan diberi SK Gogol, Semenjak SK Gogol terbit maka tanah sawah tersebut menjadi hak milik tetap. Masa jabatan beliau berakhir tahun 1969.
Pada akhir tahun 1969 desa Kersoharjo melaksanakan Pilihan Lurah berikutnya yang terpilih Mbah Kusno wijoto anak dari Mbah salimin menjabat dari tahun 1971. Sistim pemilihan dengan cara memasukkan biting kedalam kotak biting bakal calon masing-masing. Dengan jumlah penduduk 2.991 jiwa dan karena Undang-ungang baru maka masa jabatan beliau berakhir pada tahun 1993, periode berikutnya ikut mencalonkan lagi dan terpilih kembali, sistim pemilihan mencoblos tanda gambar pada kartu suara , dengan jumlah penduduk 3.234 jiwa, atas kepemimpinan beliau untuk periode selanjutnya desa kersoharjo mulai tertata dan teratur perekonomiannya. Para petaninya sudah berpikir maju banyak petani yang membuat sumur patok untuk mengairi sawahnya , karena sebelumnya para petani hanya mengandalkan air hujan, saat itu desa Kersoharjo terkenal dengan nama tadah hujan. Dengan (kemauan) yang kuat maka berangsur- angsur kehidupan para petani mulai mapan (sejahtera). Masajabatan mbah Kusnowijoto berakhir tahun 1999.
Pada akhir tahun 2000 desa Kersoharjo melaksanakan pemilihan kepala desa yang di ikuti oleh 2 (dua) calon, diantaranya 1. Edi Mulyono, 2 Musi winantulenti dan yang memper oleh suara terbanyak adalah Sdr. Edimulyono dan dilantik menjadi kepala desa periode tahun 2000-2015 dengan jumlah penduduk 3. 422 jiwa masa jabatan 6 tahun, atas kemimpinan beliau difokuskan ke pembangunan fisik untuk menunjang perkembangan perekonomian masyarakatkannya dan berakhir masa jabatan pada tahun 2006, periode berikutnya terpilih kembali periode tahun 2007 dengan jumlah penduduk 3. 627 jiwa, pada periode kedua ini tetap di fokuskan pada pembangunan inpra struktur talut jalan, masa jabatan beliau berakir pada tahun 2013.
Pada pertengahan tahun 2013 Desa Kersoharjo melaksanaka pemilihan kepala desa yang di ikuti oleh 3 (tiga calon) diantaranya 1. Drs. Siswadi MH, 2. Drs. Ratnaningsih, 3. Diki dari ketiga calon tersebut yang memperoleh suara terbanyak adalah sdr. Drs. Siswadi MH. Dan dilantik menjadi kepaladesa kersoharjo periode tahun 2014-2019 umlah penduduk 3.729 jiwa. Sampai Sekarang atas Kepemimpinannya difokuskan tertip atministrasi dan melanjutkan pembangunan fisik Jalan papingi sasi sampai sekarang.
Sumber informasi:
1, Mbah Darmotoso, Galoh
2, Mbah Rasimun, Kerso II
Di Susun Oleh : SUGIANTO